Beranda | Artikel
Syarat Mendapatkan Syafaat
Rabu, 2 Januari 2019

Syarat Mendapatkan Syafa’at ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Pada Jum’at, 24 Shafar 1440 H / 02 November 2018.

Khutbah Jum’at Pertama Tentang Syarat Mendapatkan Syafa’at

إنَّ الـحَمْدَ لِلّٰهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Sesungguhnya diantara perkara yang kita butuhkan untuk keselamatan kita di dunia dan akhirat adalah syafa’at. Syafa’at yang hakikatnya adalah rekomendasi. Rekomendasi dari seseorang terhadap Allah subhanahu wa ta’ala agar kita mendapatkan ampunanNya yang terbesar, yaitu surganya sebagai pahala yang paling besar yang Allah berikan kepada hambaNya. Ahlussunnah wal jamaah mempunyai keyakinan bahwa syafa’at hanyalah milik Allah saja. Para Nabi tidak bisa memberikan syafa’at tanpa izin dari Allah. Para wali tidak bisa memberikan syafa’at tanpa izin dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman:

قُل لِّلَّـهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا…

Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya…” (QS. Az-Zumar[39]: 44)

Maka syafa’at hanyalah milik Allah. Tidak akan Allah berikan kepada seseorang kecuali setelah memenuhi dua syarat. Yang pertama adalah izin dari Allah dan yang kedua ridha Allah kepada yang memberikan syafa’at dan yang diberikan syafa’at. Allah berfirman:

وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّـهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ ﴿٢٦﴾

Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (QS. An-Najm[53]: 26)

Maka saudara-saudaraku sekalian, meminta syafa’at hanyalah hak Allah dan untuk Allah saja. Tidak diperkenankan meminta syafa’at kepada selain Allah. Karena syafa’at hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun mengharapkan syafa’at para Nabi dengan perkara yang disyariatkan oleh Allah, maka yang seperti itu pun diperbolehkan dalam syariat Islam.

Saudara-saudaraku sekalian, Rasulullah diberikan oleh Allah hak memberikan syafa’at. Bahkan diberikan oleh Allah syafa’atul udzma (syafa’at yang paling besar) nanti pada hari kiamat. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَخَيَّرَنِى بَيْنَ أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ أُمَّتِى الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ وَهِىَ لِمَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Aku disuruhh memilih antara memasukkan separuh dari umatku ke dalam surga atau memilih syafa’at. Aku pun memilih syafa’at dan ini akan diperoleh oleh orang yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun” (HR. Tirmidzi)

Hadits ini tegas bahwa syafa’at itu hanya untuk orang-orang yang mentauhidkan Allah, menjauhkan kesyirikan. Adapun apabila ia tidak mentauhidkan Allah, ia mempersekutukan Allah, mensyirikan Allah dengan sesuatu yang lain, maka ia tidak akan mendapatkan syafa’at sama sekali.

Ummatal Islam,

Syafa’at hanyalah milik Allah. Kita berusaha untuk mendapatkan syafa’at Rasulullah dengan cara menjalankan syariat Allah jalla wa ala, dengan cara mengikuti sunnah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dengan cara itulah kita akan mendapatkan syafa’at Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syafa’at diberikan juga oleh Allah kepada kaum mukminin yang selamat ketika melewati jembatan shirat yang terbentang di atas api neraka. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Bukhari, ketika kaum mukminin telah melewati jembatan shirat yang terbentang di atas api neraka, maka mereka kembali kepada Allah mereka berkata:

رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ

Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.”  (HR. Muslim)

Mereka terus minta kepada Allah agar teman-temannya, saudara-saudaranya tersebut dikeluarkan dari api neraka. Lalu Allah berfirman:

اذْهَبْ إِلَى النَّارِ

Silahkan kalian pergi ke neraka” Dan keluarkan orang-orang yang kalian kenal yang mengucapkan  أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ, yang mentauhidkan Allah, keluarkan mereka dari api neraka. Maka mereka pun mengeluarkan teman-temannya, saudara-saudaranya dari api neraka dengan izin dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Saudara-saudaraku sekalian, siapapun diantara kita yang ingin mendapatkan syafa’at Rasulullah dengan izin dari Allah, maka penuhilah syaratnya. Yaitu kita tidak mempersekutukan Allah sedikitpun juga, menjauhkan berbagai macam kesyirikan-kesyirikan yang itu merupakan dosa yang terbesar, yang tak akan pernah Allah ampuni. Allah berfirman:

إِنَّ اللَّـهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا ﴿٤٨﴾

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa`[4]: 48)

Adapun syirik, Allah tak akan pernah mengampuni pelakunya apabila ia wafat di atasnya. Dan selama-lamanya ia tidak akan pernah masuk ke dalam surga. Allah mengatakan:

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّـهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka,” (QS. Al-Maidah[5]: 72)

Allah juga berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ ۚ …

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. …” (QS. Al-A’raf[7]: 40)

Saudara-saudaraku sekalian, tapi kemudian kita mengharapkan syafa’at itu kepada orang yang shalih. Kita meminta syafa’at kepada orang yang shalih yang kita anggap itu wali. Ini justru adalah kesyirikan saudaraku sekalian.

Ketika ada orang yang datang ke kuburan para wali, lalu kemudian dia mengharapkan syafa’at wali tersebut dimana dia meminta syafa’at kepada wali tersebut. Sungguh ini adalah kesyirikan saudara-saudaraku sekalian. Orang-orang musyrikin Quraisy menyembah empat patung yang terkenal, yaitu Latta, ‘Uzza, Manat, dan Hubal. Latta adalah seorang yang shalih. Latta dari kata “Latta ya luttu” artinya memberikan makan dan minum untuk para jamaah haji. Saat dia masih hidup, ia adalah orang yang shalih. Diantara amalan besarnya adalah ia memberikan makan dan minum untuk para jamaah haji. Ketika Latta telah meninggal dunia, lalu dibangunlah monumen di atas kuburannya.

Orang-orang musyrikin Quraisy menjadikan monumen itu sebagai tandingan selain Allah. Dan Subhanallah, ketika orang-orang musyrikin Quraisy ditanya, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi?” Mereka menjawab, “Allah”. “Siapa yang memberikan rezeki?” Mereka menjawab, “Allah”. Siapa yang menurunkan hujan dari langit? Mereka menjawab, “Allah”. Allah berfirman dalam surat Luqman Ayat 25:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّـهُ ۚ …

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”...” (QS. Luqman[31]: 25)

Bukan Latta, bukan ‘Uzza, mereka tidak mempunyai keyakinan bahwa Latta dan ‘Uzza yang telah menciptakan langit dan bumi. Tidak pula mereka meyakini bahwa Latta dan ‘Uzza yang memberikan rezeki, memberikan hujan dan yang lainnya. Tapi mereka yakin Allah.

Lantas ketika mereka ditanya, “Kenapa kalian menyembah Latta dan ‘Uzza?” Apa jawab mereka? Allah menyebutkan dalam surat Az-Zumar ayat 3:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ

Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.” (QS. Az-Zumar[39]: 3)

Rupanya inilah kesyirikan kaum musyrikin Quraisy. Mereka meminta syafa’at kepada mayat yang sudah meninggal dunia yang mereka anggap itu sebagai orang yang shalih. Maka Allah mengingkari perbuatan mereka tersebut. Maka apabila ada orang yang datang ke kuburan wali lalu dia berharap syafa’at wali tersebut dan meminta syafa’at kepada wali tersebut, sungguh ia telah berbuat syirik saudaraku sekalian.

Sebagian orang ada yang datang ke kuburan dan berkata, “Saya orang banyak berbuat dosa, sementara wali yang ada di kuburan ini orang shalih yang tinggi kedudukannya disisi Allah, saya berharap supaya wali ini menyampaikan do’a saya kepada Allah.” Hakikatnya ini orang minta syafa’at kepada wali saudaraku sekalian.

Mintalah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun wasilah yang dimaksud didalam ayat Al-Maidah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣٥﴾

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah[5]: 35)

Seluruh ulama tafsir sepakat, semuanya tidak ada perbedaan bahwa yang dimaksud dengan wasilah disini itu amalan shalih berupa shalat, zakat, puasa, dzikir dan yang lainnya kita jadikan wasilah menuju Allah, menuju surgaNya, menuju keridhaannya. Bukan sama sekali yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah wasilah adalah orang-orang yang sudah meninggal dunia. Karena orang yang sudah meninggal dunia tidak lagi bisa memberikan apapun juga, tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat. Allah berfirman dalam surat Al-A’raf:

قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّـهُ ۚ…

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah…” (QS. Al-A’raf[7]: 188)

Rasulullah tidak bisa memberikan manfaat dan mudharat hidupnya kecuali dengan izin Allah. Bagaimana apabila telah meninggal dunia?

Ummatal Islam, maka inilah agama Islam. Agama kita menyeru kepada tauhid. Meminta syafa’at hanyalah kepada Allah. Kita senantiasa berusaha mendapatkan syafa’at dengan cara menjalankan syariat-syariat Allah dan mengikuti Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah Kedua Tentang Syarat Mendapatkan Syafa’at

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Disana ada amal-amal yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan. Bahwa siapa yang mengamalkannya, biidznillah kita mendapatkan syafa’at Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentu setelah terpenuhi syaratnya . Yaitu kita mentauhidkan Allah dan menjauhkan kesyirikan. Diantaranya:

Pertama, meninggal di kota Madinah. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَمُوتَ بِالْمَدِينَةِ فَلْيَفْعَلْ، فَإِنِّي أَشْفَعُ لِمَنْ مَاتَ بِهَا

“Siapa yang bisa memilih mati di Madinah, silahkan dia lakukan. Karena saya akan memberi syafaat bagi mereka yang mati di Madinah.” (HR. Ahmad).

Kedua, menjawab adzan. Kita mengucapkan:

اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ

Kata Rasulullah, “Siapa yang mengucapkan ini ketika ia mendengar adzan”,

حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Maka halal untuknya syafa’atku pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)

Diantara juga yaitu dengan cara mengikuti sunnah Rasul dan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah. Berusaha untuk berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah dan meninggalkan perbuatan bid’ah dalam agama. Karena sesungguhnya inilah tujuan daripada dikirimnya Rasulullah kepada kita. Tujuan Allah mengutus Rasulullah kepada kita untuk menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam hidup kita.

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٥٦﴾

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
إنك سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعوَات، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات
اللهُمَّ تَقَبَّل اَعْمَالُنَا يَارَبَّ العَالَمِين
اللهُمَّ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوابُ الرَّحِيم
اللهُمَّ اِنَّا نَسْاَلُكَ الجَنَّه وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّار
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

إِنَّ اللَّـهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾
فَاذْكُرُوا الله العَظِيْمَ يَذْكُرْكُم، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، ولذِكرُ الله أكبَر.

Dengarkan dan Download Khutbah Jum’at Tentang Syarat Mendapatkan Syafa’at


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45627-syarat-mendapatkan-syafaat/